Antara Lailatul Qodr, Al-Qur’ān dan Keberkahan
Maka beramal shaleh pada malam itu lebih baik dari pada
seribu bulan yang di dalamnya tidak ada malam Lailatul Qadr
ALLAH Ta’āla telah
menurunkan Al-Qur’ān yang di dalamnya penuh dengan keberkahan -yang berarti
banyak kebaikannya- secara keseluruhan dari Lauhul Mahfudz ke Baitul
‘Izzah di langit dunia di malam Lailatul Qadr yang di dalamnya juga
penuh dengan keberkahan, sebagaimana firman Allah Ta’āla:
ﺇِﻧَّﺎٓ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَٰﻪُ ﻓِﻰ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﻣُّﺒَٰﺮَﻛَﺔٍ ۚ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ
ﻣُﻨﺬِﺭِﻳﻦَ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’ān) pada
suatu malam yang penuh berkah dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan.” (QS: Ad-Dukhaan [44]: 3).
As-Sa’di dalam kitab tafsirnya ketika menafsirkan ayat di
atas mengatakan, Allah telah menurunkan kalam terbaik pada malam terbaik -yakni
malam Lailatul Qadr, sebuah malam yang banyak kebaikan dan berkahnya,
dan lebih baik dari pada seribu bulan- kepada manusia terbaik. Hal ini sesuai
firman Allah Ta’āla:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’ān) pada
malam ketetapan.” (QS: Al-Qodr [97]: 1)
ﻛِﺘَٰﺐٌ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَٰﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻣُﺒَٰﺮَﻙٌ ﻟِّﻴَﺪَّﺑَّﺮُﻭٓا۟ ءَاﻳَٰﺘِﻪِۦ
ﻭَﻟِﻴَﺘَﺬَﻛَّﺮَ ﺃُﻭ۟ﻟُﻮا۟ ٱﻷْﻟْﺒَٰﺐِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh
berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shaad [38]: 29).
As-Sa’di ketika menafsirkan penggalan ayat yang berarti “Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah” mengatakan,
yang artinya: “Di dalam Al-Qur’ān terdapat kebaikan yang banyak dan ilmu yang
berlimpah. Di dalamnya terdapat petunjuk dari kesesatan, obat dari penyakit,
cahaya untuk menerangi kegelapan, setiap hukum yang dibutuhkan oleh setiap
mukallaf, petunjuk-petunjuk yang jelas dan pasti, sehingga
menjadikannya sebagai kitab yang paling mulia
di alam semesta ini semenjak Allah menciptakannya.”
Al-Qur’ān dan Lailatul Qadr di dalamnya penuh
dengan keberkahan, namun keberkahannya barulah dapat diraih dan dirasakan jika
keduanya didayagunakan. Berikut ini cara agar bisa meraih dan merasakan
keberkahannya, dan selanjutnya bisa meraih dan merasakan keberkahan hidup.
Pertama, mentadabburi (mentafakuri) ayat-ayat Al-Qur’ān
sesuai tujuan diturunkannya Al-Qur’ān untuk menambah iman, memahami
kandungannya, mengambil pelajaran dan ilmu darinya, mendapatkan petunjuk
darinya, lalu mengamalkan ajarannya. Allah Ta’āla berfirman:
ﻛِﺘَٰﺐٌ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَٰﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻣُﺒَٰﺮَﻙٌ ﻟِّﻴَﺪَّﺑَّﺮُﻭٓا۟ ءَاﻳَٰﺘِﻪِۦ
ﻭَﻟِﻴَﺘَﺬَﻛَّﺮَ ﺃُﻭ۟ﻟُﻮا۟ ٱﻷْﻟْﺒَٰﺐِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
berkah supaya mereka mentadabburi (mentafakkuri) ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shaad [38]:
29).
As-Sa’di ketika menafsirkan penggalan ayat yang berarti “supaya
mereka mentadabburi ayat-ayatnya” beliau mengatakan, yang artinya: “Hikmah
diturunkannya Al-Qur’ān adalah agar manusia mentadabburi ayat-ayatnya, menggali
ilmunya dan merenungkan rahasia dan hikmah-hikmahnya. Hanya dengan mentadabburi
ayat-ayatnya, merenungkan maknanya serta memikirkannya secara terus-menerus
seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada di dalam Al-Qur’ān.”
Mengenai manfaat tadabbur Al-Qur’ān As-Sa’di dalam
kitab tafsirnya lebih lanjut antara lain mengatakan, yang artinya: “Tadabbur
Al-Qur’ān merupakan kunci ilmu pengetahuan. Dengannya segala kebaikan dan ilmu
diperoleh. Dengannya iman bertambah dan tertanam dalam hati.” “Semakin
meningkat intensitas tadabbur seseorang, maka bertambah pula ilmu, amal dan
bashirahnya.
”
Sedangkan Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Madārijus Sālikin mengatakan,
yang artinya: “Tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat dalam kehidupan
dunia dan akhirat serta mendekatkan seseorang pada keselamatannya selain
tadabbur Al-Qur’ān, merenungkannya secara seksama, dan memikirkan makna
ayat-ayatnya.”
Kedua, melakukan berbagai ibadah dan amal shaleh, di
antaranya sholat Tahajjud, membaca dan mentadabburi Al-Qur’ān, berdzikir dan
memanjatkan doa kepada Allah Ta’āla di malam Lailatul Qadr. Hal
ini bisa dilakukan dengan berusaha mencari Lailatul Qadr dengan
istiqomah melakukan qiyamul lail di setiap malam di sepuluh malam terakhir di
bulan Ramadhan.
Di antara sepuluh malam terakhir itu salah satu dari malam
ganjilnya adalah Lailatul Qadr, di mana di malam itu terdapat
kebaikan yang banyak, dan malam itu lebih baik dari pada seluruh malam yang
bukan Lailatul Qadr selama seribu bulan. Sehingga ibadah dan amal
shaleh yang dilakukan di malam itu lebih baik dari pada ibadah dan amal shaleh
yang dilakukan di setiap malam yang bukan Lailatul Qadr selama seribu
bulan. Allah Ta’āla berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam ketetapan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS:
Al-Qodr [97]: 3).
Terkait ayat ini kitab Tafsir Al-Jalalayn menulis,
yang artinya: “(Lailatul Qadr itu lebih baik dari pada seribu bulan) yang di
dalamnya tidak ada malam Lailatul Qadr nya; maka beramal shaleh
pada malam itu lebih baik dari pada seribu bulan yang di dalamnya tidak ada
malam Lailatul Qadr.”
Semoga di sepuluh malam terakhir Ramadhan yang salah satu
malam ganjilnya adalah Lailatul Qadr, kita mau dan mampu menghidupkan
malam-malamnya, terutama dengan melakukan aktivitas tadabbur Al-Qur’ān,
sehingga kita bisa meraih dan merasakan keberkahan yang ada di dalam Al-Qur’ān
dan Lailatul Qadr, dan selanjutnya bisa meraih dan merasakan
keberkahan hidup. Aamiin. Wallahu a’lam.*