Minggu, 03 Mei 2020

Kisah Bocah perindu Mushollah


Kisah Bocah Perindu Mushollah


=======================
“ASSALAMU’ALAIKUM… Ummi, buka pintuuuu…!”

Suara teriakan bocah-bocah lelaki bersahut-sahutan menggema di lorong perumahan yang lebih familiar disebut perumahan lahan.

Mereka pulang dari melaksanakan shalat berjamaah maghrib dan isya di mushalla yang dikhususkan untuk anak MI (SD).

Berjalan kaki sejauh kurang lebih 300 meter melewati jalan kecil dengan lampu penerang 10 watt.
Mendengar suara teriakan salam mereka dari jauh dengan suara ngos-ngosan karena berlari, biasanya sesampai di rumah saya akan menembak mereka dengan pertanyaan:

“Habis cerita hantu yah sama teman-teman?”

Mereka mengangguk sambil cengar cengir.

Lalu mengalirlah cerita-cerita horor yang diceritakan temannya sepanjang jalan, pastinya cerita ala anak-anak yang gak masuk akal dan lumayan mengocok perut, namun tetap harus diluruskan agar tidak berakibat pada kerepotan Umminya menemani ke WC atau sekadar ambil gelas.

Sampai sekarang masih heran kenapa anak laki-laki senang sekali cerita horor, apakah itu bagian dari fitrah lelaki yang suka dengan tantangan?

Selain kisah tentang cerita horor, gak sedikit pengalaman seru lainnya yang anak-anak rasakan selama shalat berjamaah di mushalla. Ada kegiatan halaqah cilik, muhadhoroh/ceramah (untuk melatih keberanian tampil didepan umum), nobar (nonton bareng) plus kerja bakti membersihkan mushalla.

Ada rasa bahagia yang hanya terbayar dengan bayangan surga kala melepas mereka berjamaah ke mushalla, terutama di subuh hari.

Wajah-wajah mengantuk berjuang untuk bangkit melawan kemalasan.

Tak berhenti lidah ini bercerita tentang janji surga dan keutamaan orang yang berjamaah subuh sampai mata mereka terbuka.

Membangunkan anak shalat subuh bukanlah perkara yang mudah. Namun sebagai orangtua, ada motivasi bahwa kerja keras mendidik anak adalah investasi dunia dan akhirat.
Kita hanya berusaha, ukuran keberhasilan bukan pada pandangan manusia.

Kini, pertengahan April 2020, sudah sebulan lebih lorong perumahan kami sepi 
dari teriakan salam para bocah lelaki selepas isya. Merekapun mengaku rindu menginjakkan kaki di mushalla.

Dua orang anak lelakiku pernah nekat pergi berjamaah di masjid besar tanpa sepengetahuan saya, namun hanya sekali saja. Setelah itu saya jelaskan lebih detail adanya pelarangan akibat wabah global virus corona jenis baru tersebut.

Tidak ada harapan yang lebih besar kecuali banyaknya hikmah yang kita temukan selepas berlalunya pandemi Covid-19 ini.

Semoga jejak tarbiyah pada generasi pelanjut ini tak hilang digerogoti virus dan kelalaian.

Dan semoga Allah memberi kita umur yang berkah, kembali melaksanakan aktivitas kebaikan di luar rumah, anak-anak bisa kembali menjejakkan langkah kaki mungil mereka menuju mushalla.(*)

#BMH Jatim Gerai Malang

0 komentar:

Posting Komentar