Matahari Lockdown, Benarkah Akan Ada Bencana untuk Manusia?
Ahli astronomi menyatakan matahari sedang
mengurangi aktivitasnya alias lockdown. Penurunan aktivitas matahari ini
oleh para ahli disebut sebagai periode solar minimum. Penurunan itu
ditandai dengan bintik matahari yang menghilang. Ilmuwan mencatat
Matahari tidak beraktivitas atau mengalami hari tanpa bintik sebanyak 76 persen
hingga saat ini.
Tahun lalu, Matahari tercatat tidak beraktivitas sebanyak
77 persen dalam satu tahun, artinya 281 hari tanpa adanya bintik
Matahari. Berdasarkan penelitian, bintik matahari sebenarnya terlihat telah
menghilang jika dilihat baru-baru ini. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa
manusia akan memasuki periode paling lama dari resesi sinar matahari yang
pernah terekam dalam sejarah.
"Solar Minimum sedang berlangsung, dan itu salah satu
yang terdalam. Perhitungan bintik Matahari menunjukkan itu adalah salah satu
yang terlama dalam satu abad terakhir," tutur Tony Philips, salah seorang
ahli astronomi.
Lebih lanjut, Tony menjelaskan bahwa solar minimum berimbas
pada pancaran sinar kosmik yang terus bertambah di tata surya. Dampaknya, sinar
kosmik yang besar akan mengancam kesehatan para astronom dan mereka yang berada
pada udara di kutub utara.
Sinar Kosmik dengan jumlah yang tidak terkendali juga bisa
memunculkan bencana. Selain memicu petir, menjadikannya lebih dari ancaman
kesehatan. Para ilmuwan baru-baru ini mengamati 50 bintik matahari,
dibandingkan dengan 40 ribu hingga 50 ribu yang biasanya terjadi dalam
aktivitas normal.
Ilmuwan Jeff Knight mengatakan aktivitas minimum Matahari
memang berkontribusi pada musim dingin yang lebih dingin. Ia menunjukkan bahwa
aktivitas minimum Matahari terakhir pada 2008 dan 2010 bertepatan dengan musim
dingin yang lebih dingin daripada biasanya di Inggris.
Profesor Fisika Luar Angkasa dari Universitas Reading
Inggris, Mather Owen mengatakan siklus penurunan aktivitas Matahari terjadi
setiap 11 tahun.
"Meskipun minimum Matahari 'cukup dalam,' janganlah
kita khawatir tentang zaman es mini," katanya.
Penurunan aktivitas matahari sendiri tidak hanya terjadi
baru-baru ini, di abad 17 penurunan aktivitas matahari juga terjadi. Seperti
yang diungkapkan Tony yang dikutip dari Nature World News, saat itu aktivitas
matahari sangat rendah pada periode 1790 hingga 1830.
Rendahnya aktivitas membuat penurunan suhu global dan
berimbas pada cocok tanam. Dalam kurun waktu tersebut, bencana tidak bisa
dihindari. Mulai cuaca yang sangat dingin, gagal panen, kelaparan, dan letusan
gunung berapi yang signifikan.
Akibat matahari lockdown saat
itu temperatur turun hingga 2 derajat Celcius selama lebih dari 20 tahun,
menyebabkan gangguan produksi pangan dunia, yang menyebabkan kelaparan. Pada
abad ke-17 dan ke-18, suhu turun begitu rendah sehingga Sungai Thames, Inggris
membeku, badai petir melanda Bumi. (*)
0 komentar:
Posting Komentar