Minggu, 03 Mei 2020

Ramadhan Bulan Jihad


Ramadhan Bulan Jihad



RAMADHAN identik dengan puasa. Namun bulan ini juga merupakan bulan jihad.
Menurut Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tarikh Thabari, pada bulan Sya’ban tahun ke-2 H turun perintah untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Para Sahabat dan umat Islam sampai sekarang senantiasa menjalankannya.

Pada pertengahan bulan Ramadhan saat itu juga terjadi peristiwa amat penting. Yaitu Perang Badar al-Kubra, perang besar pertama melawan orang-orang kafir Makkah. Dan kaum Muslimin memperoleh kemenangan gemilang.

Allah ﷻ menghimpun dua kekuatan sekaligus, yaitu perintah puasa dan perang besar. Itulah sebabnya puasa tidaklah identik dengan lesu, lemas, tak bersemangat, dan tak berdaya, seperti yang distigmakan selama ini.

Jika kita berkaca pada sejarah, Ramadhan sejatinya adalah bulan daya tahan, keberanian, ketangguhan, serta kemenangan. Inilah bulan kekuatan, karena kekuatan yang sesungguhnya adalah mental dan spiritual.

Bahkan Fathu Makkah (penaklukkan kota Makkah) pun terjadi pada pertengahan Ramadhan. Pembukaan wilayah Andalusia oleh Thariq bin Ziyad (92 H) juga terjadi di bulan puasa (92 H).
Pasukan pendahuluan yang dipimpin oleh Tarif Abu Zar’ah dikirim untuk mengetahui keadaan Andalusia pada Ramadhan 91 H. Pasukan Thariq bin Ziyad kemudian berangkat hampir setahun berikutnya.

Thariq dan pasukannya berhadap-hadapan dengan pasukan Visigoth di bawah pimpinan Roderic, penguasa Kristen Visigoth terakhir di negeri itu, pada akhir Ramadhan 92 H. Pasukan Muslim unggul. Terbukalah jalan bagi penaklukan sebagian besar wilayah Andalusia.

Namun peperangan di bulan Ramadhan tak selalu berakhir dengan kemenangan atas musuh. Ada pula bentuk kemenangan lain, yaitu mati syahid.

Peristiwa Balat asy-Syuhada’ adalah salah satu contohnya. Berawal dari ekspedisi pasukan Muslim Andalusia yang dipimpin oleh Abdul Rahman al-Ghafiqi memasuki wilayah Prancis utara (114 H).

Mengutip Ibn Khaldun, al-Maqqari dalam The History of the Mohammedan Dinasties in Spain (Nafh al-Thibb) menulis, “… pada bulan Ramadhan tahun 114 (Oktober 732), pasukannya (al-Ghafiqi) dihancurkan di satu tempat yang disebut Balat asy-Syuhada’. Ia sendiri (al-Ghafiqi) termasuk yang mati syahid.”

Kalau pasukan Muslim ketika itu menang, “…barangkali tafsir al-Qur`an pada masa sekarang ini akan diajarkan di sekolah-sekolah Oxford,” tulis Muhammad Abdullah Enan dalam bukunya Decisive Moments in the History of Islam.

Perang Ain Jalut (tahun 1260) juga terjadi pada bulan Ramadhan. Pasukan Muslimin dari Dinasti Mamluk di Mesir yang dipimpin oleh Saifuddin Qutuz dan Baybars berhasil menaklukkan pasukan Mongol.

Ancaman Mongol ketika itu adalah mimpi buruk bagi Mesir. Dua tahun sebelumnya Mongol berhasil meluluhlantakkan adidaya Baghdad serta menghabisi penduduknya. Tambah lagi Mongol bersekutu dengan sisa-sisa pasukan salib di Suriah.

Atas izin Allah ﷻ, pasukan Muslim berhasil menaklukkan keperkasaan pasukan Mongol di sebuah tempat bernama Ain Jalut (Mata Air Goliath) di wilayah Palestina.

“Mamluk bukan hanya menghentikan laju Mongol ke Barat, tetapi –ini sama pentingnya – mereka juga meruntuhkan mitos tak terkalahkannya Mongol,” tulis David W Tschanz pada artikelnya di Aramcoworld “History’s Hinge ‘Ain Jalut”.

Kesuksesan di Ain Jalut menjadi hadiah indah di penghujung Ramadhan tahun itu. Begitulah, puasa adalah kekuatan.*

#BMH Jatim Gerai Malang

0 komentar:

Posting Komentar