Belajar dari Kasus Wabah Tha’un di Mesir dan Syam (748-750 H)
YUSUF Jamaluddin dalam buku An-Nujuum Az-Zaahirah
fii Muluuk Mishr wal-Qaahirah (X/195-213) menggambarkan dengan sangat jelas
bagaimana kondisi masyarakat Mesir, Syam, bahkan dunia saat menghadapi wabah
tha’un. Wabah ini dimulai di Mesir pada musim gugur tahun 748 hingga berangsur
berkurang pada tahun 750 H.
Saat itu –baik di Mesir maupun Syam– sebelum wabah, kondisi
Negara sedang kacau. Di sana sini banyak kerusakan Dan kezaliman. Sering
terjadi pembegalan dan penyamunan. Urusan negara banyak diselesaikan dengan
uang (bukan keadilan).
Minimal, gambaran dari para penyair berikut bisa mewakili
situasi yang ada kala itu. Penyair Ibnu Al-Wardy menyampaikan pesan dalam
bentuk syair:
قالوا فساد الهواء يردى … فقلت يردى هوى الفساد
كم سيّئات وكم خطايا … نادى عليكم بها المنادى
“Mereka berkata: Rusaknya udara yang membinasakan. Sementara
aku mengatakan, Hawa nafsulah yang membuat kerusakan. Betapa banyak kejahatan,
berapa banyak kesalahan-kesalahan. Yang diserukan oleh penyeru kepada kalian.”
Dalam bait lain juga disinggung:
الله ينفذه إليهم عاجلا … ليمزّق الطاغوت بالطاعون
“Allah segera melaksanakan kehendaknya pada mereka… Untuk
merobek Thaghut (kekuasaan yang zalim) dengan Thagut.”
Sebelum menyebar ke Mesir dan Syam, awalnya yang terjangkit
lebih dulu adalah negeri Qan, Tibris, Khutha, Mongol, Uzbekistan, Istanbul,
Kekaisaran Romawi, Anthokia, Kekaisaran Karaman, Sis, China, India dan masih
banyak negeri yang lain. Begitu menakutkannya wabah di negeri nonmuslim kala
itu, sampai-sampai orang Cyprus membunuh tawanan muslim dari bakda Ashar hingga
Maghrib. Karena mereka khawatir, jika penduduk Cyprus mati semua, wilayahnya
akan dikuasai muslim.
Saat itu, yang menjadi korban bukan hanya manusia, tapi juga
hewan ternak,buas, burung dan hewan laut. Ada burung yang memakan bangkai
nelayan dilaut yang terkena wabah, kemudian kawanan burung itu sepertiganya
mati. Ada yang sapi untuk membajaknya mati satu demi satu berikut petaninya.
Kondisinya saat itu memang benar-benar mencekam.
Jumlah korban berbeda-beda. Khusus yang mati misalnya, dalam
sehari angka kematian bisa mencapai: 100, 180, 500, 700, 1000 hingga 20.000
kematian. Dalam dua hari ada yang menelan korban sebanyak 1800 jiwa. Dalam
sebulan ada yang mencapai 200 ribu jiwa. Adapun jumlah total – selama wabah–
masing-masing daerah juga variatif: 15.000, 20.000, 200.000 hingga
400.000 jiwa. Itu baru yang meninggal, adapun korban yang terinveksi
virus bisa jutaan.
Jenis wabahnya adalah Tha’un. Tersebar melalui angin. Orang
yang terkena angin akan tertular, biasanya akan merasa panas dan segera ada
jamur virus. Penularannya pun sangat cepat. Hanya menyentuh badan korban
langsung terjangkit. Orang yang terkena biasanya langsung muntah darah, menjerit
kemudian meninggal dunia.
Suatu saat, ada wanita yang memandikan jenazah perempuan
yang terkenah wabah, tanpa menunggu lama, saat kulitnya menyentuh badan
jenazah, langsung tertular dan akhirnya meninggal dunia. Bahkan, digambarkan
bahwa orang yang terjangkit wabah ini, paling lama bisa bertahan sampai 50 jam.
Lebih dari itu mereka akan mati.
Selain korban jiwa, banyak kerugian yang mendera, seperti:
semua barang jadi mahal. Bukan hanya di wilayah Islam, tapi di seluruh dunia.
Nilai uang merosot. Nilai tukar memar menjadi merosot. Satu dinar yang tadinya
senilai 20 dirham, menjadi 15 dirham.
Demikian juga, aktivitas kenegaraan lumpuh, banyak sekali
pejabat yang meninggal dunia. Bahkan, di Mesir banyak masjid yang ditutup. Ada
pula kabar yang menyebutkan, begitu banyaknya mayat, akhirnya diletakkan di
masjid bahkan berserakan di jalan-jalan. Aktivitas ekonomi juga lumpuh. Banyak
toko-toko yang ditutup. Terjadi pula kelangkaan tenaga medis dan lain
sebagainya,
Pada situasi wabah seperti ini, ternyata ada juga yang
melakukan pencurian dan penjarahan. Dikisahkan ada enam orang pencuri yang
melakukan aksinya di Ghazza. Semua harta dalam rumah orang yang kena wabah
diambil. Mereka semuanya akhirnya mati karena tertular. Kasus lain, ada yang
menjarah rumah yang penghuninya sudah mati, kemudian mengambil harta sekuat
yang mereka mampu, akhirnya mengalami nasib tragis yang sama. Mereka semua
tewas tertular wabah.
Untuk mengatasi wabah, ada beberapa hal yang dilakukan oleh
umat Islam kala itu, di antaranya: Pertama, mendekatkan diri kepada Allah
dengan berdoa di masjid, bertaubat dan segala hal yang bisa menyulut rahmat dan
ampunan Allah. Kedua, orang kaya pun mendermakan hartanya untuk membantu para
korban khususnya yang tak mampu. Ketiga, masing-masing peduli terhadap yang
lain tanpa disuruh dan tanpa digaji. Keempat, banyak yang ersedekah untuk
meringankan beban korban,
Di antara solusi yang cukup ampuh dalam meringankan wabah
kala itu adalah: membaca surah Nuh sebanyak 3.300 kali kemudian berdoa
kepada Allah agar wabah segera diangkat. Ini terinspirasi dari Jaksa Damaskus
yang ketika di Romawi terjadi wabah, beliau bermimpi bertemu Nabi dan disuruh
membaca itu agar wabah cepat berhenti. Di antara mereka ada yang melantunkan
doa ini:
اَللّٰهُمَّ سَكِّنْ هَيْبَةَ صَدَمَةِ قَهْرِمَانِ الْجَبَرُوْتِ
بِأَلْطَافِكَ الْخَفِيَّةِ الدَّائِرَةِ النَّازِلَةِ مِنْ بَابِ الْمَلَكُوْتِ حَتَّى
تُشْفِيَ بِلُطْفِكَ خَلْقَكَ وَتُعِيْنَهُمْ وَتَقِيَّهُمْ عَنْ إِنْزَالِ قُدْرَتِكَ
يَا ذَا الْقُدْرَةِ الْكَامِلَةِ وَالرَّحْمَةِ الشَّامِلَةِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ.
“Ya Allah! Redakan dahsyatnya benturan Qahriman yang perkasa
dengan kelembutan-Mu yang tersembunyi, meliputi, turun dari pintu Malakut
hingga Engkau bebaskan makhluk-Mu dengan kelembutan-Mu, menolong dan melindungi
mereka dengan menurunkan kuasa-Mu Wahai Zat Yang Memiliki kekuasaan sempurna
dan rahmat yang menyeluruh Wahai Zat Yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan!”
Pada akhirnya, wabah menurun sedikit demi sedikit pada tahun 750, dan al-Hamdulillah umat Islam bisa melewati masa-masa krisis. Pelajaran penting yang bisa diambil dari peristiwa wabah ini adalah: segera mendekat kepada Allah (melalui taubat, membaca al-Qur`an, muhasabah, sedekah), semua elemen bekerjasama untuk membantu korban dan jangan ada yang memanfaatkan situasi wabah untuk kepentingan pribadi.*
0 komentar:
Posting Komentar