Sabtu, 23 Mei 2020
Bayar Zakat, Di BMH AJA !
Jumat, 22 Mei 2020
Petunjuk Shalat ied Di Rumah
Dari Ubaid bin Abu Bakr bin Anas bin Malik pelayan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sesungguhnya ia berkata,”Kala itu Anas, jika terlewatkan baginya shalat `ied bersama imam, maka ia mengumpulkan keluarganya dan melaksanakan shalat bersama mereka seperti shalat imam di hari raya.”
BMH Peduli
Kamis, 21 Mei 2020
Antara Lailatul Qadr, Al-Qur'an Dan keberkahan
Menjemput Lailatul Qadr
Pembangunan Sumur Bor
Pastikan anda investasi abadi dalam sedekah sumur ini InsyaAllah pahala mengalir tiada henti
kapan lagi bisa berbagi kemuliaan di ramadhan ini
Rekening Donasi a/n Baitul Maal Hidayatullah
Mandiri syari'ah : 144 000 546 7870
Muamalat : 715 0000 964
BCA : 315 33 00 000
https://wa.orderlink.in/l0cgp
lokasi Desa putukrejo kec Kalipare kab Malang
Selasa, 19 Mei 2020
Benerkah? Akan Ada Bencana Untuk Manusia
Hikmah Ramadhan
Kita harus tau bahwa pemberian Allah terhadap kita, tentunya akan berbeda masing-masing orangnya. Tidak sama antara yang satu dengan lainnya, dan itu semua bergantung daripada adab-adab kita di dalam bulan Ramadhan. Juga bergantung pada kesiapan diri kita, baik kesiapan dzahir maupun kesiapan bathin di dalam menyambut dan mengisi hari-hari di dalam Ramadhan.
Berapa banyak orang-orang yang berharap masih diberikan kesempatan mencicipi Ramadhan yang indah di atas muka buminya Allah. Kesempatan untuk berlomba mengejar kebaikan dan keberkahan didalamnya. Namun masa mereka telah habis, mereka telah pindah ke alam yang berbeda.
Maka senantiasa ingatlah pesan Baginda Muhammad SAW :
“Orang yang pandai adalah yang senantiasa menghisab (mengevaluasi) dirinya serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian.”
Lewatilah satu bulan Ramadhan ini dengan penuh kegembiraan. Karena didalamnya Allah begitu memudahkan kita
1. Untuk mendapatkan ampunan
2. Sebab-sebab untuk dihapuskan segala dosa dan kesalahan
3. Allah berusaha untuk membersihkan hati kita daripada noda, karat, dan penyakit-penyakit hati
4. Dan Allah ingin mengeratkan dan menguatkan kembali hubungan antara kita (makhluk) dan Khaliq (Penciptanya).
Lalu pertanyaannya. Dari sekian banyak kebaikan yang telah Allah berikan, dan tentunya masih banyak lagi kebaikan yang tidak mampu untuk kita sebutkan.
Kita dihidupkan di dalam dunia yang kita tahu, dunia itu sendiri merupakan hal yang perlu untuk kita waspadai. Begitu banyak tipu daya dan perkara yang membuat kita menjadi hamba yang ghaflah (lalai). Sungguh celaka orang-orang yang saat mereka diberikan kesempatan untuk hidup di dunia, tempat untuk mereka mengenal siapa Tuhannya, namun mereka lebih memilih jalan untuk mengikuti syahwat mereka dan mengumpulkan dunia.
Jika kita mengikuti syahwat dan mencintai dunia, maka jadilah kita hamba syahwat dan hamba dunia. Sedangkan kita harus sadar, hakikat diri adalah hamba Allah Ta’ala, bukan hamba selainNya.
“Kehidupan dunia (beserta isinya) berada pada masa yang teramat singkat, dan pada waktu yang teramat pendek.”
Dan dikatakan, jika seorang hamba mengetahui harga atau kadar dari setiap nikmat yang Allah berikan, maka ia akan menghabiskan umur kita seluruhnya hanya untuk bersyukur kepada Allah SWT.
“Dan apabila engkau mencoba untuk menghitung daripada nikmat Allah, seumur hidup pun engkau tidak akan pernah bisa untuknya.”
Terlebih di dalam bulan Ramadhan, yang mana hari-harinya merupakan:
Hari Tashfiyah (hari pensucian hati, akal dan bashirah kita)
Hari Tarqiyyah (hari dimana saat kita menyuguhkan adab yang baik, maka setiap saatnya kita akan diangkat pada kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah Ta’ala)
Hari Tashihul Wijhah (hari dibenahinya penghadapan kita kepada Allah)
Hari Nailul Darajah (hari pencapaian derajat yang pantas untuk kita di sisi Allah Ta’ala)
Teringat daripada kisah Syekh Muhammad Al-Majdub. Setiap kali masuk ke dalam awal bulan yang baru, Ayahnya memanggil Beliau kemudian meminta kepadanya untuk dibawakan Al-Qur’an. Ketika saat menyerahkan Al-Qur’an kepada Ayahnya, tidak dilepaskan oleh Ayahnya, kecuali sang Ayah sambil berkata “Wahai Muhammad, berjanjilah kepadaku sesuai dengan isi yang ada di dalam kitab Allah ini, bahwasanya engkau tidak akan bermaksiat kepada Allah Ta’ala di bulan ini.” Dan memang jelas perintah di dalam Al-Qur’an adalah untuk tidak bermaksiat kepada Allah SWT. Sesaat Syekh Muhammad diam, tidak menjawab dan berpikir bahwa satu bulan bukanlah waktu yang lama. Lalu Syekh Muhammad menyetujuinya. Maka kemudian Beliau menjalankan waktu satu bulan itu dengan meninggalkan berbagai macam kemaksiatan karena ia telah berjanji dengan Ayahnya di atas Al-Quran.
Sempurna satu bulan, Beliau melapor kepada Ayahnya bahwa ia telah menunaikan janjinya. Dan kembali, Ayahnya meminta Beliau berjanji. Begitu setiap datangnya awal bulan, hingga akhirnya dia telah terbiasa hari-harinya tidak melakukan kecuali ketaatan. Sampai kemudian Syekh Muhammad berkata, “Sejak saat itu sudah tidak ada lagi janji-janji, sejak aku terbiasa, maka terbuka bagiku pintu yang menyambungkan antara diriku dengan Baginda Muhammad sampai bahkan aku bisa melihatnya dalam keadaan nyata bahkan sampai seluruh daripada gerak gerikku berdasarkan daripada perintah Nabi Muhammad SAW.”
Sungguh kenikmatan yang begitu agung dan indah, yang mana ini tidak diraih dengan sesuatu yang ringan, namun membutuhkan ijtihad dan kesungguhan luar biasa. Maka semoga Allah mentaufiqkan kepada kita agar bisa bersungguh-sungguh kepada Allah SWT sehingga kita pantas untuk diberikan hadiah yang besar dari sisi-Nya..
Hikmah Di Balik Kerinduan
Senin, 18 Mei 2020
Mengapa Zakat Menyucikan Harta?
Zakat Untuk Masjid Dan panti Asuhan.Bolehkah?
Mohon jawabannya, terima kasih –Dian
Cara Muslimah Haidh Menyambut Lailatul Qadr
Minggu, 17 Mei 2020
BMH Bagikan 450 paket Sembako
Bersama Akademi Farmasi Salurkan Bantuan
BMH Berikan Paket Sembako Kepada Napi Bebas Asimilasi
Bersama YBM PLN UP 3 Bagikan Paket Sembako
Rabu, 13 Mei 2020
Doa Melihat Hilal
Doa Ketika Masuk Bulan Ramadhan dan Melihat Hilal
Dalam waktu dekat ini kaum muslimin akan memasuki bulan
Ramadhan yang mulia. Salah satu tanda bahwa kita melewati gerbang Ramadhan
adalah kita melihat Hilal. Berikut Doa saat melihat Hilal. Para ulama
menjelaskan do’a ini dibaca ketika seseorang melihat hilal di awal bulan.
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ
وَالْإِيمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ، وَالتَّوْفِيقِ لِمَا نُحِبُّ وَتَرْضَى،
رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ
“Allahu akbar, ya Allah jadikanlah hilal itu bagi kami
dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan islam, dan membawa taufiq
yang membimbing kami menuju apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Tuhan
kami dan Tuhan kamu (wahai bulan), adalah Allah.” (Riwayat Ahmad, Ad-Darimi dan
dinilai shahih oleh Syua’ib Al-Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad, 3/171).
Para ulama menjelaskan do’a ini hanya dibaca ketika
seseorang melihat hilal di awal bulan. Karena itu, bagi yang tidak melihat
hilal, tidak disyariatkan membaca doa ini ketika masuk awal bulan.*
Tips Khatamkan Al-Qur'an Di Bulan Ramadhan
Pilihan dan Tips Mengkhatamkan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan
Ramadhan adalah bulan al-Qur’an. Di bulan ini baginda
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam selalu talaqqi bacaan
al-Qur’an kepada Jibril alaihissalam.
Maka wajarlah, kalau tilawah al-Qur’an saat Ramadhan menjadi
ibadah paling ditekankan setelah qiyamullail. Pahala berlipat menanti di
tiap hurufnya.
Untuk memudahkan kita dalam mengkhatamkan bacaan al-Qur’an,
berikut beberapa pilihan dan tipsnya:
Khatam 3 Hari Sekali = Sebulan 10 Kali
Untuk bacaan tartil, target ini yang paling tinggi. Inilah
yang paling sesuai dengan anjuran baginda Nabi.
Kalau untuk murajaah (mengulang) hafalan
al-Qur’an, bisa saja 1 hari langsung khatam sekali, atau bahkan 2 kali.
Seperti, konon, yang dilakukan Imam Syafii.
Target ini cukup berat, memang. Bagi yang ingin mengambil
target ini, harus bisa menyelesaikan 10 juz setiap harinya.
Kalau hitungan idealnya, hemat penulis, setiap sebelum dan
sesudah shalat 5 waktu, masing-masing selesaikan 1 juz.
Kalau berat menggunakan waktu qobla dan ba’da shalat
itu secara maksimal, silakan kondisikan diri sesuai aktivitas masing-masing.
Intinya, harus diingat, target harian harus 10 juz.
Khatam 4 Hari Sekali = Sebulan 7-8 Kali
Untuk memenuhi target ini, setiap harinya, setidaknya harus
menyelesaikan 7 atau 8 juz. Kalau mau “aman”, ambil yang 8 juz. Jadi, setelah 2
hari, setengah al-Qur’an sudah lewat.
Pembagian waktunya bisa seperti ini: setelah tarawih 2 juz,
shubuh 2 juz, zhuhur – ashar 3 juz, sore 1 juz. Kalau dirasa berat, silakan
kondisikan diri masing-masing.
Khatam 6 Hari Sekali = Sebulan 5 Kali
Sekarang banyak mushaf al-Qur’an yang dicetak dengan
pembagian per 5 juz. Dengan pembagian seperti itu, ada 6 bagian al-Qur’an yang
dibuat terpisah. Atur waktu untuk bisa tuntas satu bagian tersebut setiap
harinya.
Khatam 8 Hari Sekali = Sebulan 3 Kali Lebih
Setiap 4 hari, tuntaskan bacaan 15 juz. Setiap 2 hari, harus
selesai 7 setengah juz. Berarti setiap hari, harus selesai 4 juz. Atur waktu
paling lowong untuk bisa menuntaskan target tersebut.
Khatam 10 Hari Sekali = Sebulan 3 Kali
Agak mudah kalau ini. Setiap hari harus tuntas bacaan 3 juz.
Bagi 3 juz tersebut di 5 waktu shalat. Insya Allah mudah bagi yang punya azam.
Target ini dianggap paling standar selama Ramadhan.
Khatam 15 Hari Sekali = Sebulan 2 Kali
Ini target yang bagi sebagian orang “di bawah rata-rata”.
Satu hari membaca al-Qur’an 2 juz. Jika lima waktu shalat fardhu jadi
patokannya, maka setiap waktu itu tersedia banyak kesempatan untuk menyelesaian
target ini.
Meski cukup mudah, tapi bagi sebagian orang lain, target ini
bisa saja susah dicapai.
Khatam 30 Hari Sekali = Sebulan Sekali
Ini bisa jadi target paling minimal. Satu hari “cuma” khatam
1 juz. Tak bisa dipungkiri, masih banyak Muslim yang baru mampu khatam
al-Qur’an sekali sebulan atau lebih sedikit dari itu. Apalagi yang bacaan
al-Qur’annya masih terbata-bata atau yang super sibuk atau mungkin yang belum
bisa membagi waktu.
Alangkah baiknya, jika mampu, kita ambil target lebih banyak
dari itu. Kalau di luar Ramadhan saja bisa baca al-Qur’an 1 juz per hari, tentu
saat Ramadhan sebaiknya lebih banyak.
Kombinasi
Selain target itu, bisa pula memasang target dengan hitungan
lain. Atau dengan target kombinasi. Misal, 10 hari pertama khatam 2 kali. Lalu
10 hari kedua khatam 2 kali. Dan 10 hari kedua khatam 3 kali. Pilih mana
mudahnya saja.
Target tersebut disusun dalam hitungan 30 hari sebulan
Ramadhan. Jika Ramadhan hanya 29 hari, pembagiannya bisa dikondisikan.
Karena hitungan hari dalam Islam dimulai sejak maghrib, maka
hitunglah jumlah bacaan kita dimulai sejak setiap maghrib. Bukan ketika subuh.
Demikian target-target tilawah yang bisa kita pilih. Tips
ini dibuat untuk memudahkan para pembaca, bukan untuk pembatasan.
Semoga Allah memudahkan kita untuk mendaras kitab suci-Nya di bulan mulia ini maupun setelahnya. Aamiin!*
Hikmah Wabah Tha'un Di Mesir Dan Syam
Belajar dari Kasus Wabah Tha’un di Mesir dan Syam (748-750 H)
YUSUF Jamaluddin dalam buku An-Nujuum Az-Zaahirah
fii Muluuk Mishr wal-Qaahirah (X/195-213) menggambarkan dengan sangat jelas
bagaimana kondisi masyarakat Mesir, Syam, bahkan dunia saat menghadapi wabah
tha’un. Wabah ini dimulai di Mesir pada musim gugur tahun 748 hingga berangsur
berkurang pada tahun 750 H.
Saat itu –baik di Mesir maupun Syam– sebelum wabah, kondisi
Negara sedang kacau. Di sana sini banyak kerusakan Dan kezaliman. Sering
terjadi pembegalan dan penyamunan. Urusan negara banyak diselesaikan dengan
uang (bukan keadilan).
Minimal, gambaran dari para penyair berikut bisa mewakili
situasi yang ada kala itu. Penyair Ibnu Al-Wardy menyampaikan pesan dalam
bentuk syair:
قالوا فساد الهواء يردى … فقلت يردى هوى الفساد
كم سيّئات وكم خطايا … نادى عليكم بها المنادى
“Mereka berkata: Rusaknya udara yang membinasakan. Sementara
aku mengatakan, Hawa nafsulah yang membuat kerusakan. Betapa banyak kejahatan,
berapa banyak kesalahan-kesalahan. Yang diserukan oleh penyeru kepada kalian.”
Dalam bait lain juga disinggung:
الله ينفذه إليهم عاجلا … ليمزّق الطاغوت بالطاعون
“Allah segera melaksanakan kehendaknya pada mereka… Untuk
merobek Thaghut (kekuasaan yang zalim) dengan Thagut.”
Sebelum menyebar ke Mesir dan Syam, awalnya yang terjangkit
lebih dulu adalah negeri Qan, Tibris, Khutha, Mongol, Uzbekistan, Istanbul,
Kekaisaran Romawi, Anthokia, Kekaisaran Karaman, Sis, China, India dan masih
banyak negeri yang lain. Begitu menakutkannya wabah di negeri nonmuslim kala
itu, sampai-sampai orang Cyprus membunuh tawanan muslim dari bakda Ashar hingga
Maghrib. Karena mereka khawatir, jika penduduk Cyprus mati semua, wilayahnya
akan dikuasai muslim.
Saat itu, yang menjadi korban bukan hanya manusia, tapi juga
hewan ternak,buas, burung dan hewan laut. Ada burung yang memakan bangkai
nelayan dilaut yang terkena wabah, kemudian kawanan burung itu sepertiganya
mati. Ada yang sapi untuk membajaknya mati satu demi satu berikut petaninya.
Kondisinya saat itu memang benar-benar mencekam.
Jumlah korban berbeda-beda. Khusus yang mati misalnya, dalam
sehari angka kematian bisa mencapai: 100, 180, 500, 700, 1000 hingga 20.000
kematian. Dalam dua hari ada yang menelan korban sebanyak 1800 jiwa. Dalam
sebulan ada yang mencapai 200 ribu jiwa. Adapun jumlah total – selama wabah–
masing-masing daerah juga variatif: 15.000, 20.000, 200.000 hingga
400.000 jiwa. Itu baru yang meninggal, adapun korban yang terinveksi
virus bisa jutaan.
Jenis wabahnya adalah Tha’un. Tersebar melalui angin. Orang
yang terkena angin akan tertular, biasanya akan merasa panas dan segera ada
jamur virus. Penularannya pun sangat cepat. Hanya menyentuh badan korban
langsung terjangkit. Orang yang terkena biasanya langsung muntah darah, menjerit
kemudian meninggal dunia.
Suatu saat, ada wanita yang memandikan jenazah perempuan
yang terkenah wabah, tanpa menunggu lama, saat kulitnya menyentuh badan
jenazah, langsung tertular dan akhirnya meninggal dunia. Bahkan, digambarkan
bahwa orang yang terjangkit wabah ini, paling lama bisa bertahan sampai 50 jam.
Lebih dari itu mereka akan mati.
Selain korban jiwa, banyak kerugian yang mendera, seperti:
semua barang jadi mahal. Bukan hanya di wilayah Islam, tapi di seluruh dunia.
Nilai uang merosot. Nilai tukar memar menjadi merosot. Satu dinar yang tadinya
senilai 20 dirham, menjadi 15 dirham.
Demikian juga, aktivitas kenegaraan lumpuh, banyak sekali
pejabat yang meninggal dunia. Bahkan, di Mesir banyak masjid yang ditutup. Ada
pula kabar yang menyebutkan, begitu banyaknya mayat, akhirnya diletakkan di
masjid bahkan berserakan di jalan-jalan. Aktivitas ekonomi juga lumpuh. Banyak
toko-toko yang ditutup. Terjadi pula kelangkaan tenaga medis dan lain
sebagainya,
Pada situasi wabah seperti ini, ternyata ada juga yang
melakukan pencurian dan penjarahan. Dikisahkan ada enam orang pencuri yang
melakukan aksinya di Ghazza. Semua harta dalam rumah orang yang kena wabah
diambil. Mereka semuanya akhirnya mati karena tertular. Kasus lain, ada yang
menjarah rumah yang penghuninya sudah mati, kemudian mengambil harta sekuat
yang mereka mampu, akhirnya mengalami nasib tragis yang sama. Mereka semua
tewas tertular wabah.
Untuk mengatasi wabah, ada beberapa hal yang dilakukan oleh
umat Islam kala itu, di antaranya: Pertama, mendekatkan diri kepada Allah
dengan berdoa di masjid, bertaubat dan segala hal yang bisa menyulut rahmat dan
ampunan Allah. Kedua, orang kaya pun mendermakan hartanya untuk membantu para
korban khususnya yang tak mampu. Ketiga, masing-masing peduli terhadap yang
lain tanpa disuruh dan tanpa digaji. Keempat, banyak yang ersedekah untuk
meringankan beban korban,
Di antara solusi yang cukup ampuh dalam meringankan wabah
kala itu adalah: membaca surah Nuh sebanyak 3.300 kali kemudian berdoa
kepada Allah agar wabah segera diangkat. Ini terinspirasi dari Jaksa Damaskus
yang ketika di Romawi terjadi wabah, beliau bermimpi bertemu Nabi dan disuruh
membaca itu agar wabah cepat berhenti. Di antara mereka ada yang melantunkan
doa ini:
اَللّٰهُمَّ سَكِّنْ هَيْبَةَ صَدَمَةِ قَهْرِمَانِ الْجَبَرُوْتِ
بِأَلْطَافِكَ الْخَفِيَّةِ الدَّائِرَةِ النَّازِلَةِ مِنْ بَابِ الْمَلَكُوْتِ حَتَّى
تُشْفِيَ بِلُطْفِكَ خَلْقَكَ وَتُعِيْنَهُمْ وَتَقِيَّهُمْ عَنْ إِنْزَالِ قُدْرَتِكَ
يَا ذَا الْقُدْرَةِ الْكَامِلَةِ وَالرَّحْمَةِ الشَّامِلَةِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ.
“Ya Allah! Redakan dahsyatnya benturan Qahriman yang perkasa
dengan kelembutan-Mu yang tersembunyi, meliputi, turun dari pintu Malakut
hingga Engkau bebaskan makhluk-Mu dengan kelembutan-Mu, menolong dan melindungi
mereka dengan menurunkan kuasa-Mu Wahai Zat Yang Memiliki kekuasaan sempurna
dan rahmat yang menyeluruh Wahai Zat Yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan!”
Pada akhirnya, wabah menurun sedikit demi sedikit pada tahun 750, dan al-Hamdulillah umat Islam bisa melewati masa-masa krisis. Pelajaran penting yang bisa diambil dari peristiwa wabah ini adalah: segera mendekat kepada Allah (melalui taubat, membaca al-Qur`an, muhasabah, sedekah), semua elemen bekerjasama untuk membantu korban dan jangan ada yang memanfaatkan situasi wabah untuk kepentingan pribadi.*